Resensei Sinopsis Novel Aki Karya Idrus

Bookmark and Share
Karya: Idrus (Abdullah Idrus adalah nama lengkap beliau)

Ringkasan umum:

Seorang laki-laki meramalkan dia akan mati pada tanggal tertentu. Tapi kenyataan tidak demikian. Setelah itu dia sadar bahwa hanya tuhan yang menentukan umur seseorang. Kemudian dia hidup dengan lebih semangat dan bermanfaat bagi orang lain.

Ada sebuah keluarga kecil. Suami bernama Aki dan didampingi oleh istrinya yang bernama Sulasmi.

Dari dulu Aki adalah seorang laki-laki yang berhati baik, suka menolong, membantu tanpa pamrih, dan mendermakan sebagian hartanya. Tetangga dan teman-teman banyak yang senang padanya. Sangat jarang ditemukan orang yang sebaik Aki.

Tapi sayang, Aki tidak pernah sholat dan puasa. Mungkin karena dia melihat bahwa banyak orang yang sholat dan puasa, tapi mereka tetap menipu, korupsi, dan berbuat jahat. Ini yang jadi pertanyaan Aki yang belum terjawab.

Kebahagiaan suami istri ini terusik, karena Aki sudah lama menderita penyakit yang parah yaitu TBC. Oleh karenanya, badan Aki kelihatan renta dan tidak sehat. Walaupun usianya baru 29 tahun, tapi kelihatan lebih tua seperti berusia 40 tahun.

Setelah sekian lama tak kunjung sembuh, Aki lalu meramalkan  bahwa dia akan meninggal tahun depan yaitu pada tanggal 16 Agustus. Memang aneh, tapi dia menyebarkan kabar itu pada tetangga dan teman kantornya bahwa dia akan meninggal pada tanggal tersebut. Yang lebih aneh lagi, ternyata istrinya Sulasmi mempercayai ucapan Aki.



Kemudian Aki dan istrinya membeli kain kafan untuk pembungkus mayat Aki kalau nanti mati. Anehnya, sebagai kain untuk kafan, mereka membeli kain  pike yang mahal yang biasa digunakan sebagai bahan housecoat, jaket, baju Orang Eropa dan bebe. Mungkin karena satu-satunya kain yang akan dibawa mati, mereka lalu membeli kain yang bagus dan mahal.

Akhirnya tanggal 16 sudah datang. Yaitu waktu yang telah ditentukan bahwa Aki akan meninggal, ia memakai baju-baju yang paling bagus untuk menanti kedatangan maut. Sekitar seperempat jam, ia naik ketempat tidur.

Lalu Sulasmi memanggil-manggil Aki, tetapi tidak dijawabnya karena dia sedang tidur. Istrinya menduga bahwa Aki telah benar-benar mati, maka ia menangis dan memanggil tetangga serta kawan-kawannya yang menunggu diluar.

Karena suasana yang ribut itu Aki lalu terbangun, dia segera mengambil korek api dan menyulut rokok dan lisongnya.

Tetangga dan teman-teman tadi menjadi terkejut melihat Aki yang tidak jadi  mati. Setelah memastikan kenyataan,  mereka lalu pulang.

Keperluan pendidikan canggih, alat presentasi, kesehatan, tas, fashion, gadget, dll. Online lebih murah, hemat waktu, pengiriman gratis, dan bayar setelah diterima



Tinggallah Aki dengan istrinya. Malah Aki gembira dan berkata bahwa ia tidak jadi mati. Berdasar peristiwa itu, dia justru mengatakan ingin hidup sampai berumur 60 tahun.

Seiring berjalannya waktu, keadaan Aki menjadi sebaliknya. Tiap hari badannya bertambah sehat dan kelihatan seperti berumur 30 tahun, padahal sebenarnya berumur 40 tahun.

Aki merasa bahwa kematiannya akan berarti kerugian besar bagi dunia, maka selama hidup kesempatan harus dipergunakan sepenuhnya dalam arti yang baik.

Kemudian Aki masuk fakultas hukum, dia tidak mau menyerah mentah-mentah kepada maut seperti dahulu. Malahan ia tidak mau lagi mati pada usia 60 tahun, tetapi ia hendak mencapai usia 100 tahun.

Sekarang Aki bisa menjawab pertanyaannya dulu. Bahwa sekarang ia percaya pada tuhan, dan hanya tuhan yang menentukan umur dan waktu meninggalnya seseorang.

Kini dia tahu bahwa berbuat baik saja tidak cukup, harus diikuti sholat, puasa, dan tauhid.

Kalau dulu ia sering melihat banyak orang yang sholat dan puasa, tapi mereka tetap menipu, korupsi, dan berbuat jahat. Itu artinya ibadah mereka hanyalah topeng, tanpa diikuti oleh ketulusan hati dan iman. Mereka itu hanya tahu (bahasa arabnya fiqih), tapi tidak mengamalkan.

Dari novel pendek ini dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kita tidak boleh menentang takdir. Jadi memang benar, bahwa sholat dan ibadah yang benar akan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Sebaik-baiknya manusia adalah rahmat bagi sekalian alam. Seperti ajaran tasawuf (sufisme) yang mengajarkan kebaikan hati dan amalan, bukan hanya sekedar tahu.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar